Petualangan Kuliner Mencicipi 3 Nasi Campur di Pamekasan
PT Kontak Perkasa - Pulau Madura tak hanya punya pilihan destinasi wisata religi dan bahari yang menarik, tapi ada juga wisata kuliner dengan sajian serta olahan khasnya yang menggiurkan. Di salah satu kotanya, yakni Pamekasan, Anda dapat menikmati beragam nasi campur yang sedap dan cocok untuk sarapan. Beragam nasi campur ditawarkan kepada peminat kuliner, salah satunya sajian nasi pulen yang bersanding dengan olahan dari sapi maupun ayam. Selain itu, sajian tersebut juga dilengkapi dengan satu atau dua lauk pauk pilihan. Sedikitnya ada tiga penjual nasi campur yang terkenal di kota penghasil garam ini. 1. Nase Jhejhen Nase jhejhen atau nasi jajan, terdapat di Jalan Jokotole, kawasan Parteker. Persisnya berada di sebuah gang sempit, sebelah gedung ruang pamer Toyota. Tak ada papan nama atau petunjuk, tapi di mulut gang, tanya saja nasi jhejhen, orang sudah tahu yang dimaksud. Warung Nase Jhejen adalah warung sederhana milik Ibu Hamiyah, 75 tahun. Ia telah menjalankan usaha yang diwariskan mertuanya ini selama 50 tahun. “Dulu buka restoran di depan, jualannya macam-macam, nasi rawon dan kaldu,” tuturnya. Sejak mertuanya tidak tinggal di kota ini, yakni pada 1985, ia memilih berjualan di dalam gang dan hanya berjualan nase jhejhen dengan lauk dendeng ragi, semur daging, telur petis ola, sambal goreng kentang, dan sambal. Per porsi dipatok Rp 10 ribu. “Namun mau beli berapa juga bisa, anak-anak kadang cuma Rp 5.000 atau Rp 8.000,” ujarnya.
Baca juga:
Dalam menjalankan usahanya, ia dibantu sang anak, Emi. Ia pun memiliki khas dalam masakannya, yakni ada dendeng ragi yang ditaburi serundeng. Ia mengolah dendeng dan parutan kelapa yang dipanggang dalam oven hingga kering. Jadi, tidak tergantung sinar matahari. Rasanya garing dan gurih hingga banyak orang yang pesan. Ia pun menjualnya dengan Rp 300 ribu per kilogram. 2. Nase Jamila Bisa ditemukan di Jalan Agus Salim Nomor 46, nasi campur yang satu ini memilih nama orang yang pertama kali menjualnya, yakni Jamila. Sekarang perempuan itu sudah tiada dan usahanya diteruskan menantunya, Sutri. Jamila memulai usahanya pada 1953, sedangkan sang menantu menjalankan usaha ini sekitar 25 tahun lalu. Di sana, ada beberapa wadah dengan olahan yang berbeda-beda di depan ibu empat anak ini, setiap paginya. Ada otak goreng, limpa goreng, pepes tongkol, semur hati sapi, telur rebus, perkedel, paru, hati goreng, dan sambal terasi. Harga tergantung pilihan menu. Nasi dengan tiga jenis lauk, misalnya, dibanderol Rp 25 ribu. Menu di sini dikenal dengan bumbunya yang begitu kental. Maka tersajilah menu sarapan lezat yang mengenyangkan untuk memulai hari. Warung yang menurut Surti menghabiskan sekitar 10 kilogram saban harinya ini pun buka setiap hari, pukul 05.00 sampai pukul 09.30 3. Nase Ramoy Nase Ramoy bisa ditemukan di beberapa lokasi, di Pamekasan, karena pemiliknya membuka cabang. Salah satunya di Jalan Pintu Gerbang 130 A, tak jauh dari Pasar Batik Tradisional Pamekasan atau Pasar 17 Agustus. Aroma sedap langsung merangsang penciuman begitu memasuki kedai. Sumbernya ternyata berasal dari olahan usus yang memang menjadi ciri khas warung ini. Jeroan sapi itu diolah di atas tungku kayu, membuat masakan terasa nikmat. Selain usus, ada pilihan lain, seperti otak goreng, ayam goreng, serta olahan dari daging sapi. Juru masak warung ini adalah Hajah Aisyah, 60 tahun, yang sekaligus sang pemilik usaha. Nasi usus hanya dipatok Rp 5.000, sedangkan nasi usus plus otak goreng Rp 10 ribu. Harga tergantung lauk yang dipilih. Anda tak hanya bisa memilihnya untuk sarapan, tapi juga makan siang dan malam karena warung buka hingga pukul 20.00. Uniknya, minuman yang disediakan berupa air putih hangat dengan rasa jahe, disiapkan dalam gelas kaleng jadul. Konon, minuman ini untuk menghilangkan lemak yang menempel di bibir dan lidah. - PT Kontak Perkasa
Sumber: Tempo.co