top of page

Mengapa Dot dan Empeng Tidak Disarankan untuk Bayi?


Kontak Perkasa Futures - Dokter Ahli Gizi Tan Shot Yen menyarankan agar para orang tua sebaiknya tidak memberikan dot dan empeng kepada bayi mereka. Menurut Tan ada beberapa alasan dot dan empeng ini sebaiknya dihindari. "Jika anak semakin sering memakai dot, maka produksi Air Susu Ibu (ASI) akan semakin berkurang," katanya melalui keterangan pers 17 April 2018. Menurut Anggota Gerakan Kesehatan Ibu dan Anak ini, pemakaian dot bisa mengganggu proses menyusu ke payudara. Bayi yang terbiasa menggunakan dot dan empeng akan jadi bingung saat diberikan puting. Alasan lain, dengan terbiasa memberikan dot dan empeng, ada kemungkinan durasi pemberian ASI akan semakin pendek. "Sehingga menghambat tercapainya ASI eksklusif 6 bulan yang kemudian dilanjutkan hingga 2 tahun atau lebih," katanya. Bayi sebaiknya hanya mengkonsumsi ASI selama enam bulan pertama. Setelah enam bulan, dia dapat mengonsumsi makanan pendamping ASI atau disebut MPASI untuk memenuhi kebutuhan gizi si kecil yang semakin meningkat. Walau begitu, pemberian ASI sebaiknya tetap diteruskan hingga bayi berusia 2 tahun atau lebih. Selain itu, kebiasaan dot dan empeng juga bisa mendorong kecenderungan bayi yang seharusnya mendapatkan ASI, pindah dan cenderung mengkonsumsi susu formula. "Dot dan empeng juga bisa merusak gigi bayi dan anatomi mulut," katanya.

Baca Juga:

Bisnis Investasi Masih Menarik Tahun 2018 Para orang tua, kata Tan, banyak yang berpikir bahwa empeng dapat meredam kegelisahan bayi. Padahal, faktanya banyak bayi yang tetap marah walaupun diberi empeng. "Bayi itu gelisah karena lapar, panas, tidak nyaman, bosan atau sakit," katanya. Tan menyarankan agar memperlakukan dot dan empeng seperti susu formula. Dot dan empeng adalah alat bantu, bila bayi lahir belum disertai refleks mengenyot sempurna. "Jadi gunakan dot dan empeng dengan instruksi dokter. Anak sehat tidak perlu menggunakan empeng dan dot," katanya. Tan mengatakan sebaiknya kebiasaan dot dan empeng ditinggalkan karena berisiko pemenuhan rasa puas yang salah pada bayi. "Ingat, puting tiruan tidak sama dengan puting asli," katanya. Selain itu akan ada juga risiko gangguan struktur anatomi gigi dan mulut di kemudian hari. "Ada pula risiko infeksi akibat empeng atau dot yang tidak steril," katanya. - Kontak Perkasa Futures Sumber: Tempo.co

bottom of page