Melorot ke Bawah US$ 1.800/Oz, Saatnya Emas Turun Gunung?
PT Kontak Perkasa - Harga logam mulia emas hari ini Jumat (17/7/2020) sudah berada di bawah US$ 1.800/troy ons setelah semalam ditutup dengan koreksi. Kali ini sentimen yang menghambat kenaikan harga bullion lebih lanjut datang dari Benua Biru. Pada 09.40 WIB, harga emas dunia spot berada di US$ 1.797,28/troy ons. Pada penutupan perdagangan kemarin harga logam mulia ini turun 0,8% ke US$ 1.796,63/troy ons. Meski terpangkas harga emas masih berada di dekat level psikologisnya (US$ 1.800/troy ons). Pada dasarnya fundamental emas masih terjaga. Prospek jangka menengah dan panjang bahkan dinilai baik. Koreksi yang terjadi saat ini lebih menunjukkan fenomena temporer di pasar saja karena harga emas sudah terbilang 'tinggi' dan investor tergoda untuk ambil untung. Kebijakan bank sentral Eropa (ECB) yang memilih menahan suku bunga acuan dan program pembelian aset-aset keuangan juga memicu harga emas terkoreksi. ECB memilih wait & see sembari memantau perkembangan perekonomian zona Euro setelah bulan lalu otoritas moneter yang dinakhodai Christine Lagarde itu menginjeksi likuiditas 600 miliar euro ke pasar melalui program Pandemic Emergency Purchase Programme (PEPP). ECB mengatakan akan terus melanjutkan stimulus secara masif yang diumumkan pada Maret lalu untuk memitigasi goncangan pada perekonomian Eropa akibat pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). Mengutip CNBC International, ECB mengatakan dalam sebuah pernyataan pihaknya akan tetap melakukan pembelian aset keuangan di bawah PEPP secara fleksibel untuk berbagai kelas aset dan yurisdiksi. "Narasi yang berkembang sekarang adalah bank sentral menahan pemberian stimulus untuk diberikan di kemudian hari. Hal tersebut sedikit mengurangi tren bullish emas yang akhir-akhir ini terjadi" kata Edward Moya, senior market analyst OANDA kepada Reuters. Pandemi Covid-19 yang belum juga usai (bahkan kian merebak), membuat risiko ketidakpastian global meningkat. Data kompilasi John Hopkins University CSSE menunjukkan sudah ada 13,7 juta orang di dunia yang mengidap Covid-19. Sebanyak 588 ribu di antaranya meninggal dunia. Kasus di Amerika Serikat (AS) sebagai negara dengan jumlah pengidap Covid-19 terbanyak juga terus mencetak rekor. Reuters melaporkan pada Kamis kemarin (16/7/2020) AS melaporkan setidaknya ada tambahan 70 ribu kasus lagi. Pertambahan jumlah kasus yang signifikan membuat negara bagian California harus kembali menerapkan lockdown terutama untuk sektor-sektor ekonomi yang berisiko menciptakan kerumunan orang secara masif. Di sisi lain ketegangan antara Washington-Beijing juga makin tereskalasi. Beberapa hari lalu Presiden AS Donald Trump memerintahkan untuk mencabut status istimewa Hong Kong. Kini Negeri Paman Sam dikabarkan melarang seluruh kunjungan dari pihak yang terafiliasi dengan Partai Komunis Tiongkok. Risiko ketidakpastian pun meningkat. Investor kini mencari suaka untuk menyelamatkan diri. Aset-aset minim risiko (safe haven) seperti emas menjadi diburu investor. Alhasil harganya melambung. Dengan adanya ketidakpastian global, suku bunga acuan yang rendah masifnya stimulus fiskal serta moneter maka biaya peluang untuk memegang emas menjadi berkurang sehingga instrumen ini menjadi lebih menarik untuk dibeli. Setiap kali harga emas terkoreksi, biasanya akan dimanfaatkan sebagai momentum untuk melakukan aksi beli para investor. Bagaimanapun juga harga emas sudah naik 18% di sepanjang tahun ini. - PT Kontak Perkasa
Sumber : cnbcindonesia.com