Nicholas Sean dan 'Kutukan' Keluarga Purnama
PT KP Press - Nama Basuki Tjahaja Purnama sangat populer di Indonesia lewat perjalanan kariernya di dunia politik, sejak kemunculan pertamanya. Seiring dengan hal tersebut, nama anak tertuanya, Nicholas Sean Purnama, ikut mencuat sebagai salah satu anak muda para tersohor.
Banyak alasan kenapa hal tersebut bisa terjadi. Beberapa beranggapan, Nicho memiliki wajah yang tampan. Alasan lainnya, dia terbilang berprestasi sebagai bagian dari Mahasiswa Kedokteran, Universitas Indonesia. Sebagian lain mengagumi sisi dirinya yang menjadi pengusaha dengan beberapa kedai kopi. Sisanya, mungkin adalah rasa penasaran atas sisi dirinya yang misterius.
Kami menjadi salah satu dari kelompok para pengagum tersebut. Lebih tepatnya, kelompok yang penasaran atas sisi lain anak muda 23 tahun itu. Gayung bersambut, Nicho, mengiyakan permintaan. Di suatu siang, di salah Kopi Se-Indonesia yang ada di Kawasan Pantai Indah Kapuk, obrolan panjang dengan Nicho terjadi. Dia datang dengan baju kasual, sambil menenteng minuman susu favoritnya. Sebagai pembuka, detikHOT menanyakan, seperti apa aslinya seorang Nicholas Sean.
"Saya lebih introvert sebenarnya, sifatnya lebih suka waktu sendiri. Makanya saya lebih senang ke Belitung daripada ke Bali. Bukannya nggak suka ketemu orang, cuma draining aja, harus pakai topeng, harus pura-pura ngobrol. Kalau saya interview biasanya harus ngomong apa adanya, kalau saya pura-pura, biasa pikirnya lama, processing dulu."
"Makanya saya bawa manager saya, takutnya saya keceplosan. Itu penyakit di keluarga saya, ngomong nggak di-filter keceplosan aja," sambungnya lugas.
Kata 'penyakit keceplosan' cukup menggelitik memang, mengingat sejumlah kejadian yang cukup menggemparkan, lahir dari ucapan sang ayah. Lebih lanjut bicara soal keluarga, Nicho justru mengungkapkan bahwa memang nama besar keluarganya memiliki 'kutukan' tersendiri.
"Bokap pernah nge-jokes. Nama kita itu Purnama. Pur (re: poor, miskin) makanya duit kita pas-pasan. Modal kita ya cuma nama. Jadilah Purnama," jelasnya disambut tertawa.
"Tapi ya itu yang penting, good name, harus benar-benar konsisten membangun. Papa selalu bilang: semiskin-miskinnya gue, makanan selalu ada, lo nggak kelaparan, lo tetap sekolah yang bagus. Tuhan lindungi kami. Kaya dan miskin itu soal pikiran. Menurut saya, kehilangan duit bukan jadi masalah, yang penting lo udah ngelakuin hal yang baik," ujarnya.
Nicho melanjutkan dan mengarahkan obrolan lebih dalam. Mengutip salah satu ilmu filsafat Yunani kuno, Stoikisme. Dalam aliran Stoikisme-yang nanti akan kita bahas lebih lanjut-Nicho menggambarkan kehidupannya menggunakan referensi lexicography.
"Jadi ada di konsep Stoik namanya lexicography. Jadi ada Grup A dan Grup B. Lo cuma bisa tukar hal apapun di Grup A doang, begitu juga yang terjadi di Grup B. Lo nggak bisa interchange. Lexicography reference bilang, A lebih superior dari B. Grup B itu kaya duit, duit bisa lo tuker untuk edukasi, duit bisa buat kecantikan dan lainnya. Kalau Grup A, value lo, integritas, prinsip. Demi duit lo nggak bisa tuker value, prinsip dan integritas lo."
"Saya, papa saya, punya value ini (Grup A) semua. Uang ada di sini (Grup B). Mau miskin kita ngelakuin hal yang jujur dan ngelakuin hal yang bener. Kalau gua sengsara pun, temen gue tahu gue ngelakuin hal benar dan itu membuat gue seneng. Dibanding lo happy, tapi itu salah."
Sisi lain pengusaha yang sudah memiliki lima gerai Kopi Se-Indonesia ini menjadi semakin menarik untuk ditelusuri. Sebagai orang yang mengaku penyendiri, rasanya tidak salah kalau mengatakan bahwa pandemi, menjadi salah satu 'kesenangan' tersendiri. Di mana dia, dapat dengan mudah menjaga jarak dan tidak bertemu orang lain. Nicho memang seorang anak rumahan, segala hiruk-pikuk anak muda di luar sana tidak terlalu diikutinya.
"Mau ada pandemi atau sebelumnya, saya anak rumahan. Jadi saya suka di rumah, kalau nggak ada kerjaan di luar. Saya nggak suka rame-rame, apalagi sekarang ini pandemi, pergi rame-rame jutsru nightmare buat saya. What for? Wasting time juga, ngapain sih lo pergi-pergi yang nggak perlu, joget-joget. Membosankan buat saya," jelasnya ketika ditanya apakah dirinya menyukai nongkrong atau pergi ke klub malam.
Jika merujuk pada cerita di awal soal 'ceplas-ceplos', tidak salah kalau kita juga bertanya, apakah Nicho juga suka marah-marah seperti sang ayah. "Lumayan, temperamen sih. Itu juga salah satu alasan saya nggak mau punya hubungan. Kalau saya berantem dengan diri saya sendiri, saya bisa menang. Berantem sama kesepian, bisa dikontrol. Kalau berantem dengan orang lain, belum tentu menang. Pilih perang yang pasti lo tahu, lo menang," jawabnya.
Bicara soal perang, kebetulan sekali Nicho memang sangat menggemari perang dan senjata. Senjata yang dimaksud di sini adalah, mainan airsoft gun. Lebih dari 20 koleksi airsoft gun dimilikinya, menjadi pajangan maupun dimainkan secara berkala di area permainan bersama teman-teman.
"Hobi saya paling suka dari dulu itu senjata sih. Saya suka perang juga karena mungkin lahir tahun 98, zaman kerusuhan. Makanya suka perang, suka nonton film perang. Saya dari kecil suka pistol-pistolan, dulu main nerf gun (mainan pistol anak-anak dengan peluru yang tidak keras), sampai umur 13-14 tahun saya masih main. Teman saya sekolah tuh nerd semua kan, setiap hari Sabtu ke rumah saya, kita pesan pizza, terus party nerf gun gitu. Soalnya, kalau nembak cewek kami cupu. Sekarang, lebih senang ke shooting range. Saya nembak seharian di situ, lebih betah, lebih puas."
Di balik cerita tentang dirinya dan ayah dan keluarga, Nicho sebagai anak sulung turut menaruh perhatian pada adik-adiknya. Dirinya mengaku cukup mengayomi dua adiknya, sesekali berdebat dan bermain bersama. "You guys know that I'll always be there lah. Kapanpun dibutuhkan, gue akan selalu ada," katanya.
Hari ini, Nicholas Sean terbukti bukan lagi sebatas anak muda biasa dengan kehidupan yang normal. Latar belakang keluarganya sudah kita bahas, dan hal lain adalah pengikutnya di media sosial Instagram yang mencapai angka lebih dari 300 ribu. Ditambah akun bernama @nachoseann itu juga sudah diverifikasi. Apakah kemudian Nicho menganggap dirinya adalah seorang public figure?
"Saya juga nggak suka pake Instagram, Sosial media itu penting as a business. Intinya, saya sampai hari ini belum melakukan sesuatu yang signifikan. Menurut saya, paling saya dikenal sebagai Anak Ahok saja, ya sekarang saya jaga nama baik itu dulu sih," tutupnya.
Obrolan bersama Nicholas Sean masih berlanjut panjang. Dirinya bicara tentang bagaimana Stoikisme yang kini dia anut sebagai pegangan hidup, ketidakmauannya untuk menikah hingga kematian. - PT KP Press
Sumber : detik.com
Comments