Pedih! Krisna Bali Bertarung Lawan Pandemi
Kontak Perkasa Futures - Pusat oleh-oleh yang satu ini menjadi favorit wisatawan untuk mencari buah tangan dari Bali. Kini, Krisna Bali bertarung melawan pandemi.
Krisna Oleh-oleh Bali boleh dibilang sudah menjadi indikator gairah wisata Bali layaknya aktivitas Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Pertama-tama bisa disimak dari jumlah mobil yang ada di area parkir Krisna, di cabang manapun.
Andai area parkir penuh dengan kendaraan, artinya pengunjung Krisna bali juga tinggi. Artinya pula, jumlah wisatawan di Pulau Dewata juga sedang banyak.
Tapi belakangan, sejak pandemi virus Corona melanda Bali, parkiran Krisna Bali sepi. Bahkan, sempat blong alias nol kendaraan.
Pemilik Krisna, I Gusti Ngurah Anom atau yang lebih dikenal dengan nama Ajik mengisahkan periode pilu itu kepada tim Road Trip Java-Bali with IONIQ Electric Hyundai.
"Kata teman-teman, kalau bandara dan Krisna ramai, artinya Bali itu ramai. Tolok ukurnya bandara dan Krisna," kata Anom.
"Nah, bicara masalah pandemi, kita enggak habis pikir, kita juga enggak menyangka ya akan berat sekali masa pandemi itu. Setelah Nyepi tahun lalu, Bali lockdown," ujarnya.
Lockdown artinya tak ada kegiatan. Pariwisata dan bisnis di Bali harus tutup. Pukulan pandemi Covid-19 membuat Ajik sadar bahwa masa ini bukanlah main-main.
"Krisna tutup kurang lebih tiga bulan, sampai bulan keenam. Setelah bulan Juli, kami buka satu outlet. Tapi, itu juga enggak nutup operasional," tuturnya.
Outlet yang dibuka adalah Krisna Tuban. Gerai ini dulunya jadi favorit karena buka selama 24 jam. Siang hari menjelajah Bali, wisatawan bisa membeli oleh-oleh malam hari di Krisna. Komplet dan harganya terjangkau.
Merangkak pelan-pelan, Ajik memberanikan diri untuk buka dua outlet setelah tanggal 15 Juli. Dalam prosesnya, Ajik buka semua outlet pada bulan Agustus.
"Ternyata di bulan Agustus biaya operasionalnya nutup. Di bulan Oktober-Desember kunjungan tamu udah naik 50 persen," Ajik menjelaskan.
Selama tutup, Krisna harus rela merumahkan 2.000 karyawannya. Ajik harus memangkas semua biaya demi efisiensi perusahaan.
"Jumlah karyawan itu 2.500 orang, saat itu 500 orang yang masih dipekerjakan. Itu sangat berat buat Ajik," dia membeberkan.
Karyawan yang masih dipertahankan adalah tukang kebun, petugas keamanan, dan engineering kendati Krisna nol pendapatan selama tiga bulan penuh.
Berangsur-angsur membaik, Krisna kembali memanggil karyawan-karyawan yang dirumahkan. Kini hanya sisa 480 karyawan saja yang masih dirumahkan.
Januari kemarin, Bali kembali lockdown. Itu setelah pada Desember banyak wisatawan domestik yang datang dan membuat Bali jadi agak ramai dan berimbas kepada naiknya angka kasus Corona.
"Januari omset Krisna Bali turun sampai 90 persen, Februari naik lagi 5 persen dan Maret juga mulai naik lagi," dia menambahkan.
"Harapan Ajik, semoga pandemi ini cepat berakhir dan mudah-mudahan dari pemerintah Provinsi Bali termasuk presiden, bahwa pariwisata Bali akan dibuka pada bulan juni-juli. Semoga penularan semakin turun," ujar Ajik penuh harap. - Kontak Perkasa Futures
Sumber : detik.com
Comments