top of page

RI Mau Setop Pakai Energi Fosil, Tapi Porsi EBT Masih Kecil Banget



PT Kontak Perkasa - Indonesia akan mengakhiri era pembangkit listrik tenaga fosil. Pembangkit listrik yang dibangun mulai 2030 seluruhnya akan berasal dari energi baru terbarukan (EBT). Kemudian pada tahun 2060, seluruh pembangkit listrik bersumber dari EBT.

Itu akan menjadi perubahan besar-besaran di sektor energi nasional. Sebab, saat ini pembangkit listrik tenaga fosil masih mendominasi di Indonesia. Bayangkan saja, 65,64% listrik yang dinikmati masyarakat masih bersumber dari batu bara.


"Dari sisi produksi atau bauran energinya batu bara itu mendominasi sampai lebih dari 65% kontribusinya terhadap listrik yang kita nikmati sehari-hari sampai saat ini," kata Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana dalam konferensi pers virtual, Kamis (21/10/2021).


"Jadi sangat dominan. Jadi listrik yang kita nikmati sekarang itu 65,64% datang dari batu bara. Bersyukur untuk itu saya sih, makasih malah ke batu bara," lanjutnya.


Penyumbang terbesar bauran energi nasional selanjutnya masih energi fosil, yaitu gas sebesar 17,9%, serta BBM dan BBN 3,76%.


"Itu semua adalah yang basisnya fosil. Jadi produksi listrik itu masih sangat didominasi oleh energi fosil karena sisanya itu biomassa, air, dan panas bumi kurang lebih hanya 12%," sebut Rida.


Lebih rinci bauran energi listrik dari air 6,67%, panas bumi 5,61%, biomassa 0,2%, dan energi baru terbarukan lainnya 0,22%. Jadi totalnya adalah 12,7%. Namun jika BBN dimasukkan ke dalam EBT, maka totalnya menjadi 13,54%.


Namun pemerintah terus berupaya meningkatkan bauran energi baru terbarukan dalam menghasilkan listrik. Misalnya saja pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) yang porsinya 7% dari total pembangkit yang ada, itu akan segera diganti dengan EBT.


Indonesia juga patut berbangga terhadap pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP). Meskipun porsinya baru 3%, Indonesia hanya kalah dari Amerika Serikat (AS).


"Jadi ini cukup membanggakan juga dan akan terus dikembangkan karena kebetulan ini kan resources-nya/potensinya bisa sampai 28 giga (GW) atau yang bisa dimanfaatkan mungkin sekitar 16 atau 17 giga, sementara ini baru 2 giga (yang dimanfaatkan). Jadi banyak jalan, banyak potensi ke sana," paparnya.


Rida pun menjelaskan alasan PLTU yang menggunakan batu bara sangat dominan di Indonesia, mencapai 50% dari total pembangkit yang ada. Alasannya karena demi menjaga harga listrik tidak naik. Alhasil dipilihlah sumber energi yang paling murah dalam hal ini PLTU.


"Waktu itu isu lingkungan belum mengemuka. Energi itu dirancang jangka panjang sehingga kemudian dampaknya atau apapun itu baru terasa sekarang, dan itu tidak salah karena ini perencanaannya dilakukan pada kondisi saat itu yang match dengan kebutuhan saat itu," tambahnya. - PT Kontak Perkasa


Sumber : detik.com


Comments


bottom of page